Sunday, December 20, 2009

"Enta ma'a man ahbabta?"

Pada suatu hari, salah seorang pengikut Nabi Isa as berdakwah di sebuah kota kecil. Orang-orang memintanya untuk melakukan mukjizat; menghidupkan orang mati, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Isa.

Pergilah mereka ke pemakaman dan berhenti di sebuah kuburan. Pengikut Nabi Isa itu lalu berdoa kepada Tuhan agar mayat dalam kuburan tersebut dihidupkan kembali. Mayat itu bangkit dari kuburnya, melihat ke sekeliling, dan berteriak-teriak, ?Keledaiku! Mana keledaiku?? Ternyata semasa hidupnya, orang itu sangat miskin dan harta satu-satunya yang paling ia cintai adalah keledainya.

Pengikut Nabi Isa itu lalu berkata kepada orang-orang yang menyertainya, Engkau pun kelak seperti itu. Apa yang kau cintai akan menentukan apa yang akan terjadi denganmu saat engkau dibangkitkan. "Anta ma'a man ahbabta". Di hari akhir nanti, engkau akan bersama dengan yang kaucintai.

Friday, December 18, 2009

Kepala Ikan untuk Sang Nelayan

Seorang nelayan salih di Tunisia tinggal di sebuah gubuk yang sederhana dari tanah liat. Setiap hari ia melayarkan perahunya untuk menangkap ikan. Setiap hari, ia terbiasa menyerahkan seluruh hasil tangkapannya pada orang-orang miskin dan hanya menyisakan sepotong kepala ikan untuk ia rebus sebagai makan malamnya.

Nelayan itu lalu berguru kepada syaikh besar sufi, Ibn Arabi. Seiring dengan berlalunya waktu, ia pun menjadi seorang syaikh seperti gurunya.

Suatu saat, salah seorang murid sang nelayan akan mengadakan perjalanan ke Spanyol. Nelayan itu memintanya untuk mengunjungi Syaikhul Akbar, Ibn Arabi. Nelayan itu berpesan agar dimintakan nasihat bagi dirinya. Ia merasakan kebuntuan dalam jiwanya.

Pergilah murid itu ke kota kediaman Ibn Arabi. Kepada penduduk setempat, ia menanyakan tempat tinggal sang syaikh. Orang-orang menunjukkan kepadanya sebuah puri indah bagai istana yang berdiri di puncak suatu bukit. "Itulah rumah Syaikh," ujar mereka.

Murid itu amat terkejut. Ia berfikir betapa amat duniawinya Ibn Arabi dibandingkan dengan gurunya sendiri, yang tak lebih dari seorang nelayan sederhana.

Dengan penuh keraguan, ia pun pergi mengunjungi rumah mewah yang ditunjukkan. Sepanjang perjalanan ia melewati ladang-ladang yang subur, jalanan yang bersih, dan kumpulan sapi, domba, dan kambing. Setiap kali ia bertanya kepada orang yang dijumpainya, selalu ia memperoleh jawaban bahwa pemilik dari semua ladang, lahan, dan ternak itu tak lain ialah Ibn Arabi. Tak henti-hentinya ia bertanya kepada diri sendiri, bagaimana mungkin seorang materialistik seperti itu boleh menjadi seorang guru sufi.

Ketika tiba ia di puri tersebut, apa yang paling ditakutinya terbukti. Kekayaan dan kemewahan yang disaksikannya di rumah sang syaikh tak pernah ia bayangkan, bahkan dalam mimpinya. Dinding rumah itu terbuat dari marmer, seluruh permukaan lantainya ditutupi oleh karpet-karpet mahal. Para pelayannya mengenakan pakaian dari sutra. Baju mereka lebih indah dari apa yang dipakai oleh orang terkaya di kampung halamannya.

Murid itu meminta untuk bertemu dengan sang syaikh. Pelayan menjawab bahwa Syaikh Ibn Arabi sedang mengunjungi khalifah dan akan segera kembali. Tak lama kemudian, ia menyaksikan sebuah arak-arakan mendekati puri tersebut. Pertama muncul pasukan pengawal kehormatan yang terdiri dari tentara khalifah, lengkap dengan perisai dan senjata yang berkilauan, mengendarai kuda-kuda arabia yang gagah. Lalu muncullah Ibn Arabi dengan pakaian sutra yang teramat indah, lengkap dengan surban yang lazim dipakai para sultan.

Si murid lalu dibawa menghadap Ibn Arabi. Para pelayan yang terdiri dari para pemuda tampan dan gadis cantik membawakan kue-kue dan minuman. Murid itu pun menyampaikan pesan dari gurunya. Ia menjadi tambah terkejut dan geram ketika Ibn Arabi mengatakan kepadanya, "Katakanlah pada gurumu, masalahnya adalah ia masih terlalu terikat kepada dunia."

Tatkala murid itu kembali ke kampungnya, guru nelayan itu dengan antusias menanyakan apakah ia sempat bertemu dengan syaikh besar itu. Dipenuhi keraguan, murid itu mengaku bahwa ia memang telah menemuinya. "Lalu," tanya nelayan itu, "apakah ia menitipkan kepadamu suatu nasihat bagiku?"

Pada awalnya, si murid enggan mengulangi nasihat dari Ibn Arabi. Ia merasa amat tak pantas mengingat betapa berkecukupannya ia lihat kehidupan Ibn Arabi dan betapa berkekurangannya kehidupan gurunya sendiri.

Namun karena guru itu terus memaksanya, akhirnya murid itu pun bercerita tentang apa yang dikatakan oleh Ibn Arabi. Mendengar itu semua, nelayan itu berurai air mata. Muridnya tambah kehairanan, bagaimana mungkin Ibn Arabi yang hidup sedemikian mewah, berani menasihati gurunya bahwa ia terlalu terikat kepada dunia.

"Dia benar," jawab sang nelayan, "ia benar-benar tak peduli dengan semua yang ada padanya. Sedangkan aku, setiap malam ketika aku menyantap kepala ikan, selalu aku berharap seandainya saja itu seekor ikan yang utuh.

Monday, December 14, 2009

..ERTI CINTA.. (Al-Junaid Al-Baghdadi - Mahkota Kerohanian)

Pada satu musim haji, beberapa orang ahli sufi telah berkumpul di Mekkah termasuk Abu Bakar Al-Kattani dan Al-Junaid Al-Bagdadi. Waktu itu Junaid masih lagi muda tetapi merupakan ahli sufi,yang demikian beliau merupakan kalangan ahli sufi yang termuda di dalam majlis tersebut.

Mereka sedang membahaskan konsep cinta kepada Allah khususnya menurut ahli sufi. Masing-masing mengemukakan pendapat masing-masing di dalam majlis tersebut. Setelah itu mereka yang lain merasa ingin mendengar pula pendapat ahli sufi muda ini dalam hal tersebut.
"Sila kemukakan pendapatmu wahai pemuda iraq." kata mereka kepada Al-Junaid. Maka tertunduklah kepala Al-Junaid dan bersertalah air matanya mengalir dipipinya yang kemudian mengangkat kembali kepalanya seraya berkata,

"Orang yang asyik Cinta kepada Allah ialah orang yang membebaskan dirinya dari segala nafsunya, dan sebagai akibat daripada itu, dia hanya menyibukkan dirinya berzikir kepada Allah S.W.T.

Dia sentiasa melaksanakan segala tugas-tugas yang Allah suruhkan kepadanya, dia melihat kebesaran Allah dengan mata hatinya. Nur Allah dan kebesaran-Nya menguasai dan menghiasi seluruh jiwanya, sehingga kosong hatinya dari apa saja melainkan Allah. Dia telah minum air cinta yang jernih daripada-Nya.

Tersingkaplah segala Hijab sehingga jelas baginya. maka jika ia bercakap, dia tidak bercakap melainkan bersama Allah.

Dari mulutnya tidak keluar satu perkataan melainkan Allah. Demikian jua jika ia bergerak, maka gerak itu atas perintah Allah, dan jika ia mendiamkan diri, dia bersama Allah. Pokoknya segala apa saja gerakan, perkataan dan fikirannya hanyalah kerana Allah dan bersama Allah."
Mendengar keterangan yang sangat menakjubkan itu, maka menangislah kesemua ahli sufi yang hadir dan syeikh yang hadir, lalu berkata " Tidak ada penjelasan yang lebih baik dan terang selain itu." Mereka tersangat kagum kepada Junaid kerana masih terlalu muda dan berupaya mengeluarkan perkataan itu. "Semoga Allah tetap membimbingmu wahai mahkota kerohanian." kata mereka lagi.

3 nasihat buat si salik(Pencari Allah)

Pada suatu hari, ada seseorang menangkap burung. Burung itu berkata kepadanya, Aku tak berguna bagimu sebagai tawanan. Lepaskan saja aku. Nanti aku beri kau tiga nasihat.

Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.

Orang itu setuju, lalu ia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal.

Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Disampaikannya nasihat yang kedua, Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti.

Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, Wahai manusia malang! Dalam diriku terdapat dua permata besar, kalau saja tadi kau membunuhku, kau akan memperolehnya. Orang itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya, namun katanya, setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!

Si burung menjawab, Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padaku agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Aku pun tidak cukup besar untuk menyimpan dua permata besar! Kau tolol! Oleh karenanya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia.

(Catatan: Dalam lingkungan sufi, kisah ini dianggap sangat penting untuk mengakalkan fikiran siswa sufi, menyiapkannya menghadapi pengalaman yang tidak boleh dicapai dengan cara-cara biasa. Di samping penggunaannya sehari-hari di kalangan sufi, kisah ini terdapat juga dalam karya klasik Rumi, Matsnawi. Kisah ini juga ditonjolkan dalam Kitab Ketuhanan karya Fariduddin Aththar, salah seorang guru Rumi. Kedua tokoh sufi itu hidup pada abad ketiga belas.)

Wednesday, December 9, 2009

Zun' nun Al-Misri - Mengenal Sufi

Dalam khazanah kisah kisah sufi ada diceritakan tentang seorang pemuda yang begitu lantang mencemuh tokoh sufi Zun Nun Al Misri dan tarikatnya. Sesudah si pemuda puas memperlihatkan kebenciannya, Al Misri mencabut cincin daripada jarinya dan berkata, "Bawalah cincin ini ke pasar, gadaikanlah dengan harga satu dinar saja"
Pemuda itu hairan, namun cincin itu diterimanya jua dan dibawa ke pasar. Dia menawarkan kepada para pedagang, dari penjual buah sampai penjual makanan. Tiada seorang pun melirik apatah lagi tertarik. Lalu dengan wajah hampa pemuda itu kembali kepada Al Misri dan berkata, "Engkau membohongiku, cincin ini tidak berharga"

Jawab Al Misri, " Jangan marah dulu, sekarang juallah cincin itu kepada ahli permata. Tawarkan seribu dinar."

Tentu saja pemuda itu menjadi gusar. tapi rasa ingin tahunya membuatkan dia menuruti perintah ahli sufi itu. Sungguh menghairankan, ternyata para pedagang permata berebut untuk membeli cincin itu. Pemuda itu merasa takjub dan bergegas menemui Al Misri dan berkata " Mereka bersaing untuk membelinya."

"Nah." kata Al Misri. "Orang tidak akan mengetahui suatu benda berharga atau tidak jika ia belum mengenalnya. Bagaimana mungkin kamu berani mencaci para sufi dan ilmu tasauf, jika kamu belum mengetahui isinya? Pelajari dulu baik baik, barulah tentukan pendapatmu. Itulah sikap orang bijak."

30 Tahun Pencarian...

Ahli sufi tdk merasa akan kehidupannya yg di alami kerana bgnya ia cuma mimpi.. mereka tdk dapat membezakan antara kesakitan dan kesenangan. Bahkan mereka memilih utk kesusahan krn membuatkan ia tdk bergantung kpd selainNYA.

"Selama 30 tahun aku mencari diriku, bila kutemui, baru kurasa kehidupan setelah kematianku, sdgkan jasadku blum lagi mati.."

"Suatu hri ada org kaya menjemput seorang miskin yg hina di mata masyarakat, utk pergi kenduri dirumahnya, namun bila si miksin sampai ke rumah tersebut, dia dihalau krn wajahnya menakutkan dan kotor, dia pun pulang.

Pd mggu kedua, org yg sama menjemput spy ia hadir ke majlis kesyukuran, namun bila ia sampai, dia dihalau krn wajahnya yg kotor dan pakaiannya yg comot, dia pun pulang...
Mggu yg ke-3 terjadilah perkara yg sama, sewaktu dia pulang seseorang telah menegurnya seraya bertanya:

"Tuan, tuan datang bila dijemput, tuan pulang tanpa rasa kecewa bila dihalau, mengapa tuan tdk marah krn diperlakukan sdemikian rupa?"

Dia menjawab:
"Masakan saya marah, kamu lihat anjing, bila dipanggil ia datang, bila dihalau ia pergi.. anjing pun boleh buat sedemikian, inikan pula saya hamba Allah sebaik2 kejadian.."

Terdengar jawapan, org yg bertanya td terpaku bagai ditusuk panah ke juzuk hatinya lalu pitam krn terlhat keajaiban hati seorang insan berjiwa sufi.

"Bunuhlah dirimu dan kembali kpdNYA, robekkan jiwamu kosong, biar cuma ada DIA."

Tuesday, December 8, 2009

Zinnirah - Wanita Berjiwa Sufi

Zinnirah adalah seorang gadis yangberasal dari Rome. Kehidupan keluarganya sangat miskin dan dalamkeadaan serba kekurangan. Ketika berlaku satu peperangan besar di Rome ,Zinnirah terpisah daripada keluarganya lalu menjadi tawanan perang.

Sejak itudia dijual sebagai hamba dan sering bertukar tangan. Sepanjang menjadi hamba abdi, Zinnirah dilayan dengan kasar dan adakalanya diperlakukan seperti binatang oleh tuannya. Suatu hari Zinnirah berkenalan dengan seorang hamba yang senasib dengannya.

Perkenalan itu akhirnya membawa Nur Islam dalam diri Zinnirah kerana hamba itu menerangkan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah. Penerangan yang tulus itu membuka hati Zinnirah untuk memeluk Islam. Namun, dia terpaksa melakukan ibadat secara rahsia kerana tuannya memusuhi Islam.

Nasibnya lebih malang apabila dia bertukar tangan kepada bangsawan Quraisy yang sangat berpengaruh masa itu, Umar Al-Khattab. Ketika itu, Umar belum memeluk Islam dan juga tidak mengetahui keIslaman Zinnirah. Umar yang sangat memusuhi Rasulullah terkenal dengan bengis dan kasarnya sehingga digeruni, baik lawan maupun kawan.

Akhirnya, Umar mengetahui mengenai keIslaman Zinnirah apabila suatu hari dia mendengar gadis itu membaca al-Quran. Ini menimbulkan kemarahan Umar yang mahu menghukumnya dengan siksaan berat.

“Tahukah kamu apa hukuman yang layak untukmu?” Tanya Umar keras dengan wajah bak singa sambil mengheret Zinnirah ke tengah padang pasir. Di situ, Umar mengikat kaki dan tangan Zinnirah dan menjemurnya di tengah panas terik. “Inilah caranya supaya kamu insaf,” katanya lalu meninggalkanZinnirah di situ.

Walaupun mukanya perit dipanah matahari dan kehausan, Zinnirah tabah menghadapi penderitaan itu sambil mulutnya tidak berhenti membisikkan Allah.. Allah…Apabila melihat hamba abdinya belum insaf, Umar menyeretnya ke pinggir kota dan mengikatnya di tiang. Dia menyuruh orang mengorek mata Zinnirah sehingga buta. Walaupun darah bercucuran daripada matanya dan dia diejek oleh orang kafir Quraisy yang percaya dia dilaknat tuhan Lattadan Uzza, iman Zinnirah tidak luntur malah mampu berkata, “Sekalipun aku dibunuh, kepercayaanku masih tetap pada Allah yang Esa. “Penderitaannya itu akhirnya sampai ke pengetahuan Abu Bakar as-Siddiq yang membeli Zinnirah dengan harga tinggi. Sejak itu, dia tekun beribadat dan dengan kurnia Allah, kedua-dua matanya yang buta itu bercahaya semula. Peristiwa yang mengagumkan ini menyebabkan ramaiorang Quraisy memeluk Islam.

Monday, December 7, 2009

Pembukaan kepada yang ghaib - Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Apabila seorang hamba Allah SWT itu diuji oleh Allah, maka mula-mulanya dia akan cuba melepaskan dirinya dari ujian atau cubaan yang menyusahkannya itu. Jika ia tidak berjaya, ia akan meminta pertolongan dari orang lain seperti raja-raja atau orang-orang yang berkuasa, orang-orang dunia, orang-orang hartawan dan jika ia sakit ia akan pergi meminta pertolongan doctor atau bomoh. Jika ini pun tidak berjaya, maka kembalilah ia menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT dan memohon sambil merayu kepadaNya. Selagi ia boleh menolong dirinya, dia tidak akan meminta pertolongan orang lain. Selagi pertolongan orang lain didapatinya, dia tidak akan meminta pertolongan Allah SWT.

Jika dia tidak dapat pertolongan Allah, maka berterusanlah ia merayu, sembahyang, berdoa dan menyerahkan dirinya dengan penuh harapan dan cemas terhadap Allah SWT. Allah SWT tidak akan menerima rayuannya sehingga dia memutuskan dirinya dengan keduniaan. Setelah putuslah dia dengan hal-hal keduniaan, maka ketentuan dan kerja Allah akan terzahir melalui orang itu dan lepaslah ia dari hal-hal keduniaan. Tinggallah padanya ruh sahaja.

Pada peringkat ini tidaklah nampak olehnya melainkan kerja atau perbuatan Allah SWT den tertanamlah dalam hatinya kepercayaan yang sebenar-benarnya tentang tauhid ( keEsaan Allah). Pada hakikatnya tidak ada pelaku atau penggerak atau yang mendiamkan kecuali Allah SWT tidak ada baik dan tidak ada jahat, tiadan rugi dan tiada untung, dan tidak ada faedah dan tiada anugerah dan tidak ada sekatan, tidak terbuka dan tidak tertutup, mati dan hidup, mulia dan hina, kaya dan papa, bahkan segala-galanya adalah dalam ‘tangan’ Allah.

Hamba Allah itupun seperti bayi dipangkuan ibunya atau seperti orang mati yang sedang mendiamkan diri atau seperti bola dikaki pemain bola, melambung, bergolek ke atas, ke tepi dan ke tengah, senantiasa berubah tempat dan kedudukan. Dan tidak ada pada dirinya upaya dan daya. Maka lenyaplah ia keluar dari dirinya dan masuk ke dalam lakuan Allah SWT semata-mata.

Si hamba Allah yang begini tidak nampak yang lain kecuali Allah dan perbuatan-perbuatanNya. Tidak ada yang didengar dan diketahuinya kecuali Allah. Jika ia melihat sesuatu, maka dilihatnya perbuatan atau kerja Allah. Jika ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka didengarnya perkataan-perkataan Allah dan jika ia mengetahui sesuatu, maka diketahuinya melalui pengetahuan Allah. Ia akan dianugerahi dengan anugerah Allah. Beruntunglah dia, kerana hampirnya dengan Allah. Beliau akan diperhias dan dimuliakan.

Redhalah dia dengan Allah. Bertambah hampirlah dia dengan Tuhannya. Bertambahlah cintanya dengan Allah.Bertambalah seronoknya dalam mengenang Allah. Terdirilah ia ‘di dalam Allah’. Allah akan memimpinnya dan menghiasinya dengan pakaian cahaya ilmu Allah dan terbukalah kepadanya hijab yang melindunginya dari rahsia-rahsia Allah Yang Maha Agung. Beliau mendengar dan mengingat hanya dari Allah Yang Maha Tinggi. Sentiasalah dia bersyukur dan sembahyang ke hadrat Allah SWT.
 

Diriku..

"Tuhanku, sesungguhnya telah menolak aku semua alam ini dalam menuju kepada Mu. Dan sesungguhnya ilmuku telah memberhentikan aku dihadapan Mu kerana adanya kemurahan Mu." -Si Cacai hina-

Site Info

Doa Kekasih Allah...

“Tuhanku! Apa sahaja yang Engkau hendak kurnia kepadaku berkenaan dunia, berikanlah kepada musuhku dan apa sahaja kebaikan yang Engkau hendak kurnia kepadaku berkenaan akhirat, berikanlah kepada orang-orang yang berIman, kerana aku hanya hendakkan Engkau kerana Engkau. Biarlah aku tidak dapat Syurga atau Neraka. Aku hendak pandangan Engkau padaku sahaja.” -Rabi'atul Adawiyyah-

.....SUFI JALANKU..... Copyright © 2009 Template is Designed by Islamic Wallpers